29 Mar 2010

TRAGEDI 7 MARET 2010

KONFERENSI CABANG IPPNU SIDOARJO XXI

Pada proses pemilihan ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (PC IPPNU) Sidoarjo menampilkan 2 kandidat, yakni Maflachatul Wahidah dari Waru duet dengan Lailatul Fadeliyah biasa dipanggil Lia, diusung oleh Pimpinan Anak Cabang IPPNU Gedangan. Dari total 144 suara, kemenangan diraih Maflach dengan pencapaian 86 suara, Lia memperoleh 57 suara, sedangkan 1 suara abstein. Pemenangan Maflach yang dianggap kontroversial dimata Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan Pimpinan Ranting (PRt) IPPNU se Sidoarjo dikarenakan tidak terpenuhinya persyaratan yang telah ditetapkan sesuai PDPRT (Pedoman Dasar / Peraturan Rumah Tangga), yakni belum pernah mengikuti LAKMUD (Latihan Kader Muda). Kemenangan ini juga disinyalir terindikasi oleh campur tangan dari para senior.

Peserta yang hadir pada acara penting di MA Darul Ulum Kureksari Waru itu menjadi semakin riuh, dengan kenyataan yang ada membuat keadaan semakin memanas. Lantas Mauludah dan Dewi selaku orang yang memimpin pemilihan dan pemungutan suara, delegasi dari Pimpinan Wilayah (PW) IPPNU Jatim menggelar verifikasi dengan tanya jawab mengenai persyaratan calon. Hal ini terkesan konyol. Bagaimana tidak, setelah pemungutan dan perhitungan baru diadakan verifikasi. Keganjilan terlihat pula ketika PW mengajukan pertanyaan yang awalnya tertuju kepada Lia sangat obyektif namun tidak pada giliran Maflach, seolah memberi peluang untuk lolos. Bahkan sikap PW tidak tegas dengan apa yang harus dilakukannya, seolah menjembatani beberapa person pihak PC IPPNU (Nuning H U, Ummi Nahdliyah, Mutmainah, Nurul Arofah, red) memberikan pembelaan-pembelaan kepada Maflach yang benar-benar tidak logis dan begitu dipaksakan, terlebih Maflach tidak bisa menunjukkan bukti persyaratan (sertifikat LAKMUD). Kejadian ini menguatkan kebenaran asumsi mengenai PC mensetting calon untuk menduduki kursi ketua PC IPPNU Sidoarjo masa khidmat 2010 – 2012.

PC IPPNU Sidoarjo masih belum menklarifikasi alasan yang melatar belakangi pencalonan Maflach ditarungkan dengan Lia. Apakah karena Lia calon tunggal -memang sampai waktu batas akhir pendaftaran tidak ada calon lain- atau karena pihak PC secara pribadi apatis dengan Lia. Rupanya PW sudah dipengaruhi oleh setting ini. Jika pencalonan didasarkan atas ‘kepentingan’ tertentu lebih baik tidak usah diadakan konferensi, agar tidak membuang banyak dana serta dapat mempersingkat waktu, dari pada melakukan suatu hal yang hanya menjadi tontonan. Ada sumber yang mengatakan bahwa, jika PC tidak melakukan ini, maka mereka merasa gagal dalam kaderisasi. Dalih PC sangat tidak signifikan.

Perdebatan sengit tidak dapat dihindarkan antara orasi pembelaan PAC Waru diteruskan PC (Ummi Nahdliyah dkk, red) yang tetap ngotot mempertahankan Maflach berseteru dengan peserta yang tidak bisa menerima akan hal ini. Mungkin membuat gerah Maflach, tiba-tiba saja memutuskan mengundurkan diri berbicara diatas panggung yang terhormat. Setelah itu PW melanjutkan kalkulasi dengan penjumlahan suara dibagi 2, bersandar pada tatib yang menyebutkan, bahwa yang menjadi calon harus memenuhi suara 50 lebih satu. Alhasil Lia harus turun dari panggung sandiwara sebagai korban serta tidak dapat menduduki kursi ketua. Cukup sudah manufer penjegalan Lia. Prosesi pemilihan telah terlewati sia-sia. Disini PW rupanya tidak bisa menyingkapi tentang pelaksanaan tatib perihal pemenuhan suara. Jadi isi dari acara yang berlangsung dari hari sabtu sampai minggu, 6 s/d 7 Maret 2010 ini tidak lain hanya menunjukkan kebodohan dalam memperjuangkan sebuah kepicikan yang meruntuhkan kewibawaan organisasi besar ditingkat kabupaten.

Siasat PC mensetting Maflach sebenarnya sudah diketahui oleh seantero peserta, mulai dari tatib yang kurang lugas. Team verifikasi yang dibentuk PC meloloskan calon, dan steering commite (SC) cuci tangan. Terlebih booklet yang rencananya akan dibagikan kepada peserta konfercab rupanya dihilangkan sebagian pasal-pasalnya perihal uraian tentang ketentuan calon ketua. Alasannya salah cetak, jika dilihat secara tekstual sangat tidak mungkin, karena tampak sengaja benar-benar dihilangkan dari pasal PDPRT hasil kongres tahun 2009.

Terpaksa pemilihan ketua dipending dengan melibatkan 3 elemen yang akan menentukan penyelenggaraan tersebut bisa dilangsungkan kembali dalam waktu yang belum ditentukan. Yaitu PC NU Sidoarjo, Pengurus Demisioner PC IPPNU dan PAC IPPNU se Sidoarjo. Sebenarnya IPPNU sebagai badan otonom berhak mengatur rumah tangganya sendiri, maka yang patut dan sudah semestinya adalah PW IPPNU Jatim yang wajib terlibat, bukan PC NU Sidoarjo.

Mula sebelum acara konferensi terselenggara, PC sudah tidak fear. Seiringpembukaan pendaftaran calon ketua, mereka sudah mebuat setting memilih kandidat calon ketua diambil dari pengurus harian PC IPPNU Sidoarjo, rupanya PC mengalami beberapa hal hingga belum bisa memutuskan figur dengan pasti, sampai batas akhir pendaftaran calon ketua. PC memperpanjang masa pendaftaran hingga waktu sebelum pemilihan dilakukan dengan alasan kebijakan PC IPPNU. Sempat disebut nama Yuyun Mufaridah (Gedangan) sebagai wakil sekretaris I, namun ia tidak bersedia dengan alasan harus konsekuen mengantarkan kader (Lia) yang sama-sama dibesarkan dari PAC IPPNU Gedangan. Lalu arah PC menunjuk Ida fitriani (krembung) wakil sekretaris II, dengan alasan pribadi ia menolak. Berlanjut dengan mengkondisikan Mila Nur Fauziah (sukodono) wakil Ketua III, akan tetapi pihak PAC Sukodono tidak memberikan rekomendasi dengan berbagai pertimbangan serta kredibilitas yang masih kurang. Selanjutnya satu hari sebelum acara konfercab, tiba-tiba sosok Maflach muncul menjadi tandingan dibursa pemungutan suara melawan Lia.

Pasca konferensi yang menuai kegagalan ini membuat PAC Waru mencak-mencak dengan menyuarakan kekecewaan melalui facebook, menyatakan bahwa Waru hanya sebagai kambing hitam. Berbagai ungkapan (baik alumni maupun anggota) yang menunjukkan ketidak puasan akan pemilihan ini pun tertuju pada jajaran pengurus harian PC IPNU IPPNU sidoarjo, kebanyakan via sms.

kejadian ini merupakan guncangan yang berat bagi seluruh tingkat pimpinan IPPNU yang ada di Sidoarjo, baru kali pertama acara konfercab 2010 ini mengalami hal yang sedemikian rupa sehingga menyisakan catatan yang harus diingat, yaitu Pertama, runtuhnya kewibawaan dan kepercayaan organisai. Kedua, memperlihatkan kepicikan dan kebodohan PC IPNU IPPNU Sidoarjo dihadapan massa. Ketiga, menunjukkan gagalnya kaderisasi. Keempat, sikap dan pola pikir yang kurang dewasa. Kelima, pembodohan masal. Tidak menutup kemungkinan ini akan menjadi sebab hilangnya kader di masa mendatang akibat egosentris personal yang kurang bijaksana menentukan kebijakan untuk pijakan.

Semoga cukuplah sampai disini tragedi ini dijadikan pembelajaran dan permenungan menuju kedewasaan organisasi agar tidak terulang kembali pada masa mendatang. Tak patut kiranya menjadi pemicu mencari kambing hitam atas kesalahan yang ada, tetapi tetap tidak lepas dari tanggung jawab kita semua sebagai pengemban amanah organisasi. Mulailah menata diri, meluruskan hati, menciptakan kemaslahatan, berfikir arif serta bijak dalam memperjuangkan agama. Selamat belajar, berjuang, dan bertaqwa serta mengabdi…

Pada minggu, 21 Maret 2010 acara konfercab lanjutan tahap pemilihan ketua PC IPPNU Sidoarjo yang di deadlock, digelar kembali di Gedung Aula pusdiklat Pimpinan Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Sidoarjo dipimpin oleh Nur Ambariyah dan Mauludah selaku PW IPPNU Jatim sebagai pelaksana acara tersebut.

Disisni dilangsungkan pembacaan tatib hanya seputar pemilihan ketua saja yang mengalami revisi didepan sidang. Pada tahap pencalonan ketua, PW memberi kesempatan kepada seluruh peserta yang hadir dari jajaran PAC dan PRt se Sidoarjo untuk mengajukan calon ketua yang layak sesuai PDPRT. Dengan demikian menghasilkan nama calon sekaligus total suara dukungan sebagai berikut, Mila Nur Fauziah dari Sukodono memperoleh 38 suara, Lailatul Fadeliyah dari Gedangan meraih 47 suara, Arini dari Sedati terhenti hanya dukungan 2 suara, Maflachatul Wahidah dan Izzatul Ummah keduanya dari Waru tumbang dengan mengais 1 suara.

Dilanjutkan PW mengadakan tanya jawab kepada calon suara terbanyak, yakni Mila dan Lia, guna verifikasi. Mila tumbang pada tahap ini karena kurang memenuhi syarat, adalah sekurang-kurangnya tiga tahun aktif sebagai anggota di PC IPPNU Sidoarjo, sedangkan Mila masih 2 tahun menjadi pengurus. Dengan demikian PW menetapkan serta memutuskan Lia terpilih sebagai ketua PC IPPNU Sidoarjo masa khidmat 2010 – 2012 atas dasar tatib dan banyaknya dukungan yang telah diberikan audensi.

Belum selesai juga apa yang dialami Lia, adanya kecemburuan dilatar belakangi oleh ambisi personal dengan melayangkan SMS kepadanya. “Eman banget! (sangat disayangkan) Mestinya konfercab ini cukup dilakukan satu kali dengan Maflachah sebagai ketua, tapi harus terciderai dengan ketidak tegasan PW. Tapi mungkin ini sudah jalannya untuk mengantarkan rekanita (Lia, red) sebagai ketua PC IPPNU. Kecewa sih, tapi sebagai organisatiris sejati harus menghargai proses. Selamat, ini adalah amanah yang sangat berat yang tidak harus dibanggakan. Ketika saya gagal jadi ketua PC 1 hal yang terbesit dihatiku, terus terang aku tidak rela kalau IPPNU Cuma jadi bonekanya IPNU yang hanya enggih-enggih (iya-iya) saja. Yo ngene iki contone (ya begini contohnya) kebaikan yang terorganisir. Selamat berjuang rekanita, semoga kemudahan dan pertolongan Allah selalu menyertai kita” ungkap Umi penuh kecewa juga sportif. Hal ini dianggap Lia sebagai sesuatu yang wajar dan manusiawi.

0 comments: