“Semangat belajar, berjuang, dan bertaqwa sebagai ruh untuk merekonstruksi Lembaga CBP KKP sebagai pilar utama lahirnya kader yang memiliki skill, mental, dan fisik prima”
Inilah slogan DIKLATAMA III. apakah ini hanya omong kosong yang dipertahankan semata-mata untuk sembunyi diri atas kegagalan kaderisasi CBP KKP terdahulu?. Seiring perjalanan L-CBP KKP paska raker II timbul pertanyan, apakah kaderisasi Diklatama III dimaksudkan menjadi anggota lembaga tandingan dengan kader yang dirasa ‘gagal produk’ serta merta menjadi komplemen organisasi saja.
IPNU-IPPNU sebagai organisasi berbasis kepelajaran, sebagaimana mottonya “ Belajar, Berjuang, dan Bertaqwa “ sangatlah wajar bila terdapat kekurangan, namanya juga belajar. Namun perlu digaris bawahi, pada koridor berjuang perlu totalitas pemikiran dan ejahwantah. Dua hal ini mutlak tidak bisa dipisahkan, kemudian sebagai soul daya pemikiran dan geraknyanya adalah ketaqwaan. Tidak lantas hanya melahirkan pemikiran, ide, perumusan dan perencanaan saja, sebab itu adalah percuma jika tanpa action manifestasi dari sebuah organisasi yang besar ditingkat kabupaten. Pada kenyataannya CBP KKP tidaklah sebagai pilar utama sebagaimana mestinya, tidak lebih disesuaikan kebutuhan. Bahkan memiliki brand baru yang tidak asing lagi, yakni oposisi. Oleh karenanya kader penerus (dibawahnya) menanggung beban moral yang tidak pernah dilakukan dan tidak diketahuinya sama sekali.
Sepertinya CBP KKP terinveksi virus permasalahan yang multikomplek tanpa pertanggung jawaban bercampur menjadi satu menjelma penyakit akut serta impase. Yang dikhawatirkan hal ini memicu terjadinya aplasia dalam organisasi. Mulai dari adanya konflik internal ditubuh lembaga CBP-KKP dengan munculnya gap dan sikap arogan antar person yang menjadikan langkah lembaga CBP-KKP stagnan, miskomunikasi dan kurang fahamnya anggota CBP-KKP perihal tugas dan tanggung jawab serta Fungsi Lembaga CBP-KKP, sehingga timbul gesekan kesalah pahaman yang tidak logis ditengarai pula oleh sikap Pimpinan IPNU-IPPNU yang tidak tegas menyebabkan koordinasi dan Mekanisme Organisasi tampak anarkis dan menimbulkan reputasi buruk bagi kelangsungan organisasi serta hubungan mekanisme menjadi tidak harmonis dan rancu.
Juga terjadi insiden eksternal menyebabkan CBP tidak bisa dipercaya lagi di salah satu lembaga pendidikan. Ini merupakan job’s news yang harusnya diketahui dan diselesaikan sebagai upaya tanggung jawab -mencuci nama baik- lembaga dan organisasi yang tercoreng oleh ulah oknum. Dengan kejadian ini maka proses kaderisasi selama ini masih belum melahirkan outcome yang baik, justru sebaliknya mencetak kader-kader outcast.
Tidaklah patut –mendahulukan- berbangga diri dengan kebesaran organisasi, alangkah baiknya menitik beratkan pada bagaimana membuktikan bahwa kita adalah organisasi yang besar. Mana yang perlu direkonstruksi, input? Output? Outcome? Atau benar-benar outcast?. mindset kita? sikap kita? Atau mental kita?, mestinya harus bagaimana? kapan kita kemana dengan siapa?. Selamat belajar (berfikir) berjuang (dalam sikap) dan bertaqwa (koreksi diri). Luangkanlah waktu untuk refresh dengan mentertawakan kebodohan-kebidohan diri kita sendiri, serta tidak menambah rentetan peristiwa pembunuhan karakter. Mari kita tegakkan bangunan estimasi positif.
Notefoot :
impase - jalan buntu seolah tidak terpecahkan
aplasia - kegegelan pertumbuhan organ/lembaga, pertumbuhan yg tdk sempurna
input - tenaga yang dimasukkan
output - hasil
outcome - hasil kader
outcast - sampah masyarakat
job’s news - kabar buruk
0 comments:
Posting Komentar